Tak Hanya Indah, Tapi Juga Ramah
Curug (air terjun) Nangga yang terdapat di Desa Petahunan, Pekuncen, Kabupaten Banyumas memang sangat memukau. Hal ini sudah terbukti. Belum genap satu bulan dikelola sebagai objek wisata, pengunjung yang datang sudah mencapai ribuan orang.
Ya, memang saat ini baru masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Banyumas saja. Tapi, kedepannya saya sangat percaya masyarakat luar daerah akan menginjakan kaki di tempat tersebut. Asal....pengelolaan benar-benar bagus. Termasuk perawatan sehingga tetap menampilan keasriannya.
Persoalan ini tidak sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengelola semata, tapi juga sangat didukung oleh para pengunjung. Tangan boleh usil. Tapi.....cukup usil pada camera saja. Ya, cukuplah foto yang dijadikan kenang-kenangan. Jangan corat-coret di batu, jangan buang sampah sembarangan, jangan rusak tanaman atau batu sekitar lokasi curug.
Hehee....memang si kalau sekarang-sekarang ini sepertinya agak susah untuk membingkai pesona curug nangga yang asri. Bayangin aja, ratusan orang berada disekitar curug. Tapi kalau mau sedikit usaha, datang bukan dihari libur dan tiba lebih pagi, lokasi curug masih sepi.
Beruntungnya aku, he...bisa menikmati curug nangga dikala masih belum dikenal orang banyak. Bahkan belum dijadikan sebagai tempat wisata. Jadi, aku bisa bebas ceburan, ambil foto dan ahh pokoknya asik banget deh.
Curug Nangga memiliki tujuh undak, seperti anak tangga. Mungkin, nama "nangga" itu diambil dari bentuknya yang seperti tangga. Pada setiap undak itu, dibawah jatuhnya air terdapat kolaman yang bisa buat bermain air.
Sebelum sampai di lokasi curug, pegunjung akan membelah sawah. Pemandangan yang cukup menyejukan mata. Melihat hamparan hijau berundak. Tatanan terasering yang rapi. Pada bagian utara, ada perbukitan yang menjadi background. Ahh.....indah.
Tak hanya indah. Masyarakatnya juga ramah. Itu juga yang menjadi daya tarik untuk berkunjung ke Desa Petahunan. Mayoritas penduduk memang sebagai petani. Tapi tidak sedikit juga yang menjadi penyadap nira kelapa. Beberapa waktu trakhir, hasil sadapan nira diolah menjadi gula semut. Ini merupakan salah satu komoditi yang pemasarannya sudah sampai mancanegara lho. Iya, gula semut asal Banyumas itu diekspor.
Kenapa saya bisa cerita tentang gula? Karena waktu itu curug Nagga belum dikelola. Jadi saya titip parkir motor dirumah warga. Kalau ga salah denger pas kenalan, ibu itu namanya bu Laisah.
keren tulisane Kang.
BalasHapusAh...masih belajar bang. Belajar sama mas tatang.
BalasHapusBanyumas punya cerita seribu curug
BalasHapusDokumentasinya mantapp.., tulisannya sedapp...
BalasHapusMakasih mba dwi.
HapusTp yg jelas masih kalah jauh jika dibanding tulisan njenengan.
Wah...seribu curug?? Ajak ak menyusuri dong mas apris.
BalasHapusWah...seribu curug?? Ajak ak menyusuri dong mas apris.
BalasHapus